Bu Subari mengajar kelas V di satu SD di daerah pegunungan yang dikelilingi oleh hutan. Jika kita memandang ke arah utara dari halaman SD akan terlihat hutan pinus di kaki pegunungan yang indah, sedangkan jika kita memandang ke arah barat, mata kita akan terpaku melihat hutan belantara yang sangat lebat dan dekat. Burung-burung terlihat berterbangan karena jarak antara hutan dan SD tersebut tidak jauh. Udara di sana cukup sejuk dengan hawa pegunungan yang segar.
Di kelas V terdapat 13 orang anak. Meskipun secara resmi, bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, namun dalam berkomunikasi baik guru maupun murid menggunakan bahasa daerah. Oleh karena itu nuansa daerah sangat terasa bai di dalam maupun diluar kelas. Ketika seorang tamu dari luar daerahnya bertanya kepada anak-anak mereka menjawab dengan bahasa Indonesia dengan patah-patah sehingga sukar dipahami maksudnya. Bu subari membantu memperbaiki jawaban anak tersebut sehingga dapat dipahami oleh tamunya.
Suatu hari dalam pelajaran IPS, salah satu topik yang akan disampaikan adalah hutan homogen dan hutan heterogen. Seperti biasa ketika masuk kelas Bu Subari mengucapkan salam yang disambut dengan salam serempak oleh anak-anak. kemudian Bu Subari meminta anak-anak mengeluarkan buku IPS dan selanjutnya Bu Subari memulai pelajaran dengan menuliskan pokok bahasan Sumber Daya Alam, dengan topik/subtopik hutan heterogen dan hutan homogen. Setelah itu terjadi peristiwa seperti berikut.
Bu Subari : "anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang hutan homogen dan heterogen, siapa yang tahu apa itu hutan homogen dan hutan heterogen."
Anak-anak terdiam, tidak ada yang menjawab. Sebagian dari mereka ada yang menjawab dalam bahasa daerah, tetapi jawaban tersebut diajukan kepada temannya bukan kepada guru, setelah itu terdengar suara cekikikan..
Bu Subari : "kalau anak-anak tidak tahu, perhatikan ke papan tulis."
Bu Subari menuliskan definisi atau pengertian hutan homogen dan hutan heterogen di papan tulis, kemudian meminta salah seorang siswa membacanya. Anak yang ditunjuk, membaca dengan terbata-bata dan ucapannya tidak begitu jelas. Bu Subari kemudian meminta anak-anak mencatat definisi tersebut dan menhafalkannya. Lima menit kemudian Bu Subari menghapus tulisan di papan tulis dan meminta anak-anak secara bergiliran menyebutkan apa yang dimaksud dengan hutan homogen dan hutan heterogen. Ternyata tidak ada anak yang mampu menyebutkan definisi itu dengan benar, bahkan mengucapkan kata homogen dan heterogenpun masih susah.
Bu Subari berusaha menahan amarahnya, dan meminta anak-anak membaca berulang-ulang catatan mereka, sehingga pada pelajaran yang akan datang anak-anak sudah hafal definisi tersebut. Pelajaran IPS dilanjutkan dengan meminta anak-anak secara bergilir membaca manfaat hutan dari buku pelajaran IPS sampai waktu istirahat tiba.
Pertanyaan:
Di kelas V terdapat 13 orang anak. Meskipun secara resmi, bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, namun dalam berkomunikasi baik guru maupun murid menggunakan bahasa daerah. Oleh karena itu nuansa daerah sangat terasa bai di dalam maupun diluar kelas. Ketika seorang tamu dari luar daerahnya bertanya kepada anak-anak mereka menjawab dengan bahasa Indonesia dengan patah-patah sehingga sukar dipahami maksudnya. Bu subari membantu memperbaiki jawaban anak tersebut sehingga dapat dipahami oleh tamunya.
Suatu hari dalam pelajaran IPS, salah satu topik yang akan disampaikan adalah hutan homogen dan hutan heterogen. Seperti biasa ketika masuk kelas Bu Subari mengucapkan salam yang disambut dengan salam serempak oleh anak-anak. kemudian Bu Subari meminta anak-anak mengeluarkan buku IPS dan selanjutnya Bu Subari memulai pelajaran dengan menuliskan pokok bahasan Sumber Daya Alam, dengan topik/subtopik hutan heterogen dan hutan homogen. Setelah itu terjadi peristiwa seperti berikut.
Bu Subari : "anak-anak, hari ini kita akan belajar tentang hutan homogen dan heterogen, siapa yang tahu apa itu hutan homogen dan hutan heterogen."
Anak-anak terdiam, tidak ada yang menjawab. Sebagian dari mereka ada yang menjawab dalam bahasa daerah, tetapi jawaban tersebut diajukan kepada temannya bukan kepada guru, setelah itu terdengar suara cekikikan..
Bu Subari : "kalau anak-anak tidak tahu, perhatikan ke papan tulis."
Bu Subari menuliskan definisi atau pengertian hutan homogen dan hutan heterogen di papan tulis, kemudian meminta salah seorang siswa membacanya. Anak yang ditunjuk, membaca dengan terbata-bata dan ucapannya tidak begitu jelas. Bu Subari kemudian meminta anak-anak mencatat definisi tersebut dan menhafalkannya. Lima menit kemudian Bu Subari menghapus tulisan di papan tulis dan meminta anak-anak secara bergiliran menyebutkan apa yang dimaksud dengan hutan homogen dan hutan heterogen. Ternyata tidak ada anak yang mampu menyebutkan definisi itu dengan benar, bahkan mengucapkan kata homogen dan heterogenpun masih susah.
Bu Subari berusaha menahan amarahnya, dan meminta anak-anak membaca berulang-ulang catatan mereka, sehingga pada pelajaran yang akan datang anak-anak sudah hafal definisi tersebut. Pelajaran IPS dilanjutkan dengan meminta anak-anak secara bergilir membaca manfaat hutan dari buku pelajaran IPS sampai waktu istirahat tiba.
Pertanyaan:
- Sebutkan 3 (tiga) penyebab anak-anak tidak dapat menghafalkan definisi hutan homogen dan hutan heterogen.
- Sebutkan 3 (tiga) upaya yang dapat anda lakukan agar pembelajaran IPS menjadi lebih bermakna. Beri alasannya mengapa upaya tersebut akan mampu membuat pelajaran IPS lebih bermakna.
- Jika anda menjadi Ibu Subari, bagaimana cara anda mengajarkan topik hutan homogen dan hutan heterogen melalui pemanfaatan lingkungan sebagai media belajar? susunlah suatu rencana perbaikan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rencana tersebut mencakup (1) Identifikasi Masalah, (2) Analisis Masalah, (3) Rumusan Masalah, (4) Tujuan Perbaikan, dan (5) Langkah Perbaikan. Untuk langkah perbaikannya, kembangkan prosedur pembelajaran yang akan ditempuh (kegiatan awal, inti, penutup). Beri alasan mengapa langkah perbaikan dibuat seperti itu.
Alternatif Jawaban:
1. Tiga penyebab anak-anak tidak dapat menhafal definisi hutan homogen dan hutan heterogen.
- Karena lemahnya penguasaan anak terhadap Bahasa Indonesia.
- Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam penemuan informasi (dalam hal ini definisi) sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami gagasan dan informasi yang baru.
- Dalam proses pembelajaran, guru kurang memperhatikan aspek perkembangan kognitif siswa.
2. Tiga upaya yang dapat dilakukan agar pembelajaran IPS lebih bermakna, berikut alasannya:
- Memilih pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkan serta situasi dan kondisi saat ini. Materi tertentu memerlukan pendekatan yang tertentu pula, karena pendekatan merupakan bagian integral dari proses pencapaian tujuan. Untuk kasus diatas pendekatan yang paling cocok adalah pendekatan lingkungan, karena situasi saat itu dan kondisi lingkungan sekolah sangat kondusif untuk dijadikan sumber dan alat bantu belajar.
- Model pembelajaran yang diambil harus sesuai dengan karakteristik siswa SD. Menurut Robert J. Havighurt, anak usia SD memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau melaksanakan dan meragakan sesutu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus mampu merencanakan model pembelajaran yang memungkinkan adanya : Unsur permainan, anak berpindah atau bergerak, anak bekerja atau belajar dalam kelompok dan anak terlibat aktif dalam pembelajaran dan penemuan informasi.
- Pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Menurut Piaget, anak SD berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Pada anak usia ini, pembelajaran akan mudah dipahami jika dikemas secara konkret (dapat dilihat dan diraba). Jika pembelajaran yang dilakukan mampu menghubungkan persepsi awal siswa dengan informasi baru yang akan dipelajari. Menurut David Ausubel pembelajaran akan bermakna jika peserta didik mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya.
3. Rencana Perbaikan Pembelajaran
a. Identifikasi Masalah
Masalah yang teridentifikasi pada kasusu diatas adalah:
- Respon siswa terhadap pertanyaan yang diajukan guru sangat rendah.
- Siswa sulit menghafal definisi atau memahami konsep yang diajarkan.
- Kemampuan siswa dalam berbicara Bahasa Indonesia Rendah.
b. Analisis Masalah
Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap pembelajaran yang dilakukan Ibu Subari, diduga yang menjadi faktor penyebab sehingga muncul masalah diatas adalah:
- Guru kurang menguasai kompetensi keterampilan bertanya, akibatnya guru tidak mampu mengembangkan model dialog yang efektif, aktif dan kreatif sehingga ia terpaksa menjawab pertanyaannya sendiri.
- Model pembelajaran yang dilakukan guru kurang memperhatikan aspek perkembangan kognitif dan karakteristik siswa.
- Guru tidak mampu melibatkan siswa secara katif dalam proses penemian konsep (definisi)
- Guru tidak mampu memanfaatkan sumber belajar yang tersedia.
- Guru kurang mampu menciptakan situasi belajar yang dapat mendorong berkembangnya kemampuan berbahasa.
c. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis diatas, masalah yang menjadi fokus perbaikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Bentuk pertanyaan bagaimana yang dapat mendorong siswa untukmerespon pertanyaan yang diajukkan guru.
- Model pembelajaran yang bagaimana yang dapat membantu siswa mempermudah menghafal dan memahami definisi atau konsep yang dipelajari.
- Proses pembelajaran yang bagaimana dapat membantu menumbuhkembangkan kemampuan berbahasa siswa.
d. Tujuan Perbaikan
- Siswa mampu merespon setiap pertanyaan yang diajukkan guru
- Siswa mampu menghafal definisi atau memahami konsep yang diajarkan
- Kemampuan berbahasa siswa bertambah/meningkat
e. Langkah Perbaikan
Pendekatan yang digunakan : Pendekatan lingkungan
Metode yang digunakan : Ceramah, observasi, tanya jawab dan diskusi
1) Sebelum pembelajaran
Sebelum pembelajaran berlangsung, guru harus sudah menyiapkan lembar kerja yang berisi beberapa pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berfikir logis, sistematis dan kritis, diantaranya:
- Apa persamaan dan perbedaan antara hutan pinus yang ada di sebelah utara sekolah kita dengan hutan belantara yang ada di sebelah barat sekolah kita.
- Dari ciri-ciri yang kalian temukan dari kedua jenis hutan tersebut manakah yang merupakan hutan homogen dan manakah yang merupakan hutan heterogen.
- Selanjutnya coba kalian definisikan apa yang dimaksud dengan hutan homogen dan hutan heterogen.
2) Kegiatan Awal
a) Menyampaikan salam dan menanyakan keadaan siswa
b) Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
- Bagaimana cara anak-anak pergi ke sekolah?
- Sumber daya alam apa yang diperlukan oleh mobil agar bisa berjalan?
- Coba sebutkan jenis-jenis sumber daya alam yang kita bahas minggu lalu?
- Siapa yang pernah melihat hutan? Apa saja yang ada di hutan?
c) menyampaikan tujuan (kompetensi khusus) dan alternatif pembelajaran yang akan ditempuh
3) Kegiatan Inti
a) Guru membagi siswa dalam kelompok kecil, dan kepada masing-masing kelompok diberikan lembar kerja yang berisi pertanyaan diatas
b) Guru memberikan penjelasan sikap tentang tugas yang akan diselesaikan melalui mekanisme kerja kelompok.
c) Selanjutnya guru membimbing siswa keluar kelas menuju lokasi yang telah ditentukan. Sejalan dengan ini guru bisa mengajak siswa sambil menyanyikan lagu misalnya "Naik-naik ke puncak gunung?" Karena setiap pertanyaan harus dijawab melalui proses belajar aktif yang melibatkan siswa untuk berfikir kreatif, siswa dibimbing untuk mengamati peristiwa yang terjadi,mencari keterangan menganilis data, mensintesis dan membuat kesimpulan. Mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, berfikir, dan bagaimana mencari informasi sehingga pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menciptakan suasana belajar secara aktif dan kreatif serta mengembangkan kemampuan berfikir. Jadi posisi guru berada diantara siswa dengan sumber belajar dan berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk ini:
d) Bawalah siswa ke lokasi yang memungkinkan mereka dapat mengamati kedua jenis hutan tersebut (dalam hal ini tidak perlu mengajak mereka ke dalam hutan)
e) Masing-masing kelompok dibimbing untuk mengamati dan mencari jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru dalam LKS:
- Siswa diajak untuk memperhatikan kedua jenis hutan tersebut
- Beberapa siswa diminta untuk menyebutkan apa yang dilihatnya
- Guru memperkenalkan istilah homogen dan heterogen, bahwa hutan pinus merupakan hutan homogen dan hutan belantara merupakan hutan heterogen.
- Dalam kelompoknya siswa diminta menyimpulkan apa yang disebut hutan homogen dan hutan heterogen.
f) Siswa kembali ke dalam kelas, dan masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk melaporkan hasil pengamatan (merupakan salah satu cara untuk memupuk kemampuan berbahasa siswa). Siswa dari kelompok lain diberi kesempatan untuk menyanggah atau bertanya (untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa)
g) Guru memajang gambar hutan lebat, hutan yang mulai gundul, dan gambar orang yang sedang menebang kayu di hutan.
h) Siswa diminta mengawasi gambar dan menceritakan apa yang dilihat pada gambar.
i) Berdasarkan pada jawaban siswa, guru menjelaskan manfaat hutan bagi kehidupan. Siswa dilibatkan penuh melalui tanya jawab, sehingga guru hanya memantapkan jawaban siswa.
4. Kegiatan akhir
- Melalui tanya jawab, guru mengajak siswa merangkum jenis dan manfaat hutan bagi kehidupan.
- Guru memberikan latihan tertulis, dengan menuliskan pertanyaan di papan tulis. Siswa menjawab di buku latihan.
- Siswa memeriksa latihan secara silang, setelah secara bersama-sama menentukan jawaban yang benar.
- Melakukan umpan balik dan tindak lanjut.
F. Alasan mengapa langkah perbaikan dibuat seperti itu:
- Pembelajaran sesuai dengan perkembangan kognitif anak SD. Menurut Piaget, anak SD pada umumnya berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Mereka akan lebih cepat menyerap informasi jika informasi dikemas secara konkret.
- Pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak SD. Menurut Robert J. Havighurt, anak SD memiliki 4 karakteristik yaitu senang bermain, bergerak, belajar dan bekerja dalam kelompok dan senang melaksanakan atau melakukan atau meragakan susuatu secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya, anak berpindah dan bergerak, anak bekerja dalam kelompok dan terlibat langsung dalam pembelajaran.
- Sesuai dengan teori belajar dari David Ausubel. Pembelajaran akan bermakna jika peserta didik mampu menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep-konsep atau hal lainnya yang telah ada dalam struktur kognitifnya.