Jumat, 17 April 2020

Mayat Di Gunung Semeru

Wawan Setiawan Tirta
 

Mendaki Bersama Mayat yang Hilang Di Gunung Semeru

Ini merupakan kisah nyata yang saya alami ketika ikut menjadi
anggota pencinta alam di Madiun. Sekitar bulan Agustus tahun lalu, saya bersama
dengan beberapa teman berencana untuk melakukan ekspedisi ke Gunung Semeru.
Kebetulan saat itu saya yang ditugaskan menjadi pimpin rombongan yang terdiri
dari 5 orang d
itambah seekor anjing untuk berjaga-jaga. Diantara kelima orang
itu, hanya saya satu-satunya wanita yang ikut dalam ekspeditu itu.

Sebelum memulai pendakian, di kaki Gunung Semeru kami sempat bertemu dengan
seorang wanita yang berpakaian lengkap ala seorang pendaki. Rupanya wanita yang
mengaku bernama Santi itu berniat untuk melakukan pendakian seorang diri. Merasa
sama-sama hendak mendaki, akhirnya saya menawarkan pada Santi untuk bergabung
dengan rombongan saya. Pada awalnya beberapa anggota saya sempat keberatan
menerima gadis yang masih belia itu untuk bergabung. Namun setelah saya memberi
pengertian sambil memaksa, akhirnya rekan-rekan saya dapat menerima kehadiran
gadis tersebut dalam kelompok kami.

Selama perjalanan terlihat kalau Santi termasuk wanita yang suka bergaul. Tak
heran dalam waktu yang relatif singkat kami sudah dapat saling bercanda.
Sehingga perjalanan yang seharusnya terasa berat itu kami rasakan menjadi
ringan. Tak terasa hari mulai gelap, karena jalan yang kami lewati mulai
diselimuti dengan kabut, akhirnya kami sepakat untuk istirahat dan meneruskan
perjalanan itu pada esok hari.

Malam itu kami mendirikan beberapa tenda untuk tempat beristirahat. Karena Santi
wanita, saya memerintahkan agar ia tidur bersama saya di dalam satu tenda.
Sesuai kebiasaan, kami menugaskan salah seorang dari kelompok kami untuk
berjaga-jaga dari serangan binatang buas. Kebetulan saat itu yang mendapat tugas
untuk menjaga adalah rekan saya yang bernama Robi dengan ditemani oleh seekor
anjing.

Saat kami sedang terlelap oleh dinginnya malam, Robi memanfaatkan untuk
melakukan sholat malam hari. Setelah selesai melaksanakan sholat itu, sekilas
Robi melihat bayangan Santi saat keluar dari tenda saya. Merasa curuiga,
diam-diam Robi yang ditemani oleh seekor anjing berusaha membuntuti kemana Santi
pergi. Rasa penasaran yang besar disertai perasaan khawatir akan keselamatan
gadis itu, membuat Robi terus mengikuti jejak Santi yang mulai ditutupi dengan
kegelapan malam.

Ketika tiba di suatu tempat, tiba-tiba bayangan Santi menghilang seketika
disertai dengan kelakuan anjing kami yang mulai gelisah dan melolong terus
menerus. Merasa panik kehilangan Santi, membuat Robi memutuskan untuk
membangunkan kami semua untuk sesegera mungkin melakukan pencarian. Tapi setelah
sekian lama mencari, hasilnya tetap saja sia-sia. Apalagi kodisi cuaca makin
bertambah dingin dan gelap. Karena kondisi alam sudah tak memungkinkan, akhirnya
kami menunda pencarian dan akan melanjutkan esok hari.

Keesokkan harinya, kami kembali meneruskan pencarian. Dalam pencarian tersebut
saya membagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari Robi dan Nano,
sedangkan kelompak kedua terdiri dari saya sendiri, Heri, dan Agus. Selanjutnya
kami mulai melakukan penyisiran secara terpisah ditempat gadis itu menghilang.
Setelah sekian lama melakukan pencarian, akhirnya kelompok yang saya pimpin
sampai pada bibir jurang Gunung Semeru. Di dasar jurang itu, saya dengan
beberapa rekan melihat ada sebuah tas ransel yang tergeletak. Ketika dengan
seksama kami memperhatikan warna dan jenis tas tersebut, sepertinya ransel itu
sama seperti yang dipakai oleh Santi.

Rasa penasaran yang besar membuat kami memutuskan untuk menuruni jurang
tersebut. Katika sampai di dasar jurang, tak jauh dari ransel itu kami menemukan
seorang mayat wanita yang sudah bau dan membusuk. Untuk mengetahui lebih jelas
siapa gerangan mayat itu, akhirnya kami memutuskan untuk membawanya turun ke
kaki Gunung Semeru dan melaporkan kejadian ini pada tim SAR yang ada disana.
Setelah sampai di bawah, para penjaga gunung itu langsung melakukan pemeriksaan
terhadap mayat Santi. Setelah mendapat keterangan dari tim SAR, kami benar-benar
kaget. Karena mayat yang kami temukan sudah sebulan lebih dicari-cari oleh
mereka. Mendengar keterangan dari para penjaga gunung itu saya langsung terduduk
lemas. Ternyata Santi yang selama pendakian bergabung dengan kami adalah mayat
yang sedang dicari-cari.