Senin, 27 April 2020

Teks Anekdot tentang Layanan Sekolah

Wawan Setiawan Tirta
Layanan publik sering mendapatkan kritik atau menjadi bahan lelucon yang membuat gelak tawa. Kritik atau lelucon itu dapat disampaikan melalui anekdot. Salah satu layanan publik adalah layanan yang diterima siswa selama berada di sekolah. Bayangkan apabila mendapati pelayanan di rumah sakit, sekolah, puskesmas, kantor pemerintah,  atau penyedia jasa yang kurang sesuai dengan harapan. Tentunya kita akan merasa keewa, jengkel ataupun marah. Kejengkelan dan kekesalan tersebut dapat dituangkan melalui anekdot yang menggambarkan situasi lucu, konyol, frustasi, dan tidak nyaman di salah satu tempat tersebut.

Anekdot merupakan cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Partisipan atau pelaku di dalam anekdot tidak harus orang penting namun bisa siapa saja. Jika layanan publik yang dimaksud adalah layanan bidang pendidikan di sekolah maka partisipan dalam anekdot tersebut bisa kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa Teks anekdot juga dapat berisi peristiwa yang membuat jengkel atau konyol partisipan yang mengalaminya. Perasaan jengkel dan konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal. Berikut ini beberapa contoh teks anekdot tentang layanan sekolah.

Alat Serbaguna
StrukturKalimat
AbstraksiDi suatu sekolah ternama yang terletak di suatu kota yang terkenal dengan murid-muridnya yang kreatif dan cerdas.
OrientasiDi salah satu ruang kelas di sekolah tersebut ada seorang guru baru yang mengajar di SMA tersebut. Baru hari pertama mengajar jadi masih bingung dan kikuk. Guru tersebut masih muda dan energik. Kemajuan teknologi memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, mengajar tinggal ditampilkan di layar, tak perlu susah menulis di papan tulis. Sang guru mulai gerah mungkin karena grogi menghadapi murid baru atau karena sebelumnya terbiasa di ruangan yang menggunakan AC. Setelah berkenalan dengan para muridnya guru tersebut berjalan kearah meja mencari sesuatu. 
KrisisSeorang siswa di kelas tersebut bertanya dengan sopan, “Bu Guru mau mencari apa?”. Sang guru tersenyum, lalu menjawab. “Mau cari remote kipas angin, ibu kepanasan. Dimana ya?” Lalu, salah seorang siswa di kelas tersebut menyahut, “Bu, disini tidak ada remote kipas angin. Tapi di sini kami punya alat serbaguna.” Ibu guru pun mulai penasaran dengan perkataannya. “Maksudnya alat sebaguna apa tuh ?.”
ReaksiSiswa tersebut tak langsung menjawab, tetapi dia justru berdiri dan berbalik, berjalan mengambil sesuatu di sudut ruangan. Diambillah sebuah penggaris kayu yang besar. Lalu menunjukannya pada Ibu Guru. “Ini bu, alat serbaguna yang ada di kelas kami.” Masih dengan wajah tak mengerti, bu guru kebingungan. Si siswa berjalan menuju saklar kipas angin dan memutarnya, hiduplah kipas, namun kipas hanya mengarah ke satu arah saja. Lalu siswa tersebut berjalan, berhenti tepat di bawah kipas angin. Dijulurkannya penggaris kayu sampai menyentuh tombol penggerak kipas, lalu kipas dapat berputar-putar. “Ini yang dimaksud alat serbaguna Bu. Bu Guru tadi mau mempresentasikan materi kan? Alat ajaib ini bisa membantu.” Sang siswa berjalan lagi dan berhenti tepat di bawah LCD Proyektor, dengan bantuan penggaris kayu itu, sang siswa berhasil memencet tombol “power” di LCD. Siswa lain agaknya mulai mengerti apa yang dimaksud dengan “alat serbaguna” yang dikatakan temannya itu dan mulai tertawa sambil geleng-geleng kepala. “Ini memang penggaris kayu biasa bu, tapi tanpa alat sebaguna ini kami pasti sulit untuk mengarahkan kipas, menyalakan LCD, dan juga untuk menarik Layar LCD." 
KodaSemua murid terbahak dengan tingkah konyol temannya itu. Tak terkecuali sang Ibu Guru yang baru mengerti maksud dari “alat serbaguna”. Selepas tertawa, keadaan kelas kembali tenang dan sang Ibu Guru baru mulai akrab dengan para muridnya yang menyenangkan.

Bukti Mengajar
StrukturKalimat
AbstraksiSuatu hari yang cerah ada dua orang lelaki yang masing-masing mengaku berprofesi sebagai pilot dan guru. Keduanya asyik mengobrol di sebuah kantin.
OrientasiPilot dan guru tersebut menceritakan pengalamannya bekerja di bidang masing-masing. Guru merasa kurang percaya apa yang diceritakan oleh pilot. Lalu si pilot mengeluarkan kartu pengenal dari perusahaan penerbangannya. Tidak mau kalah, si guru juga mengeluarkan karu pengenal dari sekolahnya. Karena saya masih belum percaya juga, si pilot mengeluarkan kontrak kerjanya sebagai bukti bahwa dia bekerja sebagai pilot. Sang guru juga mengeluarkan Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) antara dia dan sekolah. Tetapi, sang guru masih belum percaya.
Krisis“Lalu, bukti apa lagi yang anda inginkan?” tanya sang pilot.

“Buktikan dengan kinerja anda sebagai pilot, bukti yang bisa diukur ketika anda pertama kali menjadi pilot sampai hari ini. Tepatnya, tunjukkan bukti kinerja anda sebagai pilot.”

Sang pilot mengeluarkan dokumen laporan penerbangan pertamanya yang berisi asal dan tujuan penerbangan, nomor pesawat, jumlah penumpang, kekuatan angin, kondisi peralatan penerbangan, dan lainnya. ketika dokumen itu di keluarkan semua, dibutuhkan dua meja panjang untuk menampungnya. Sang guru langsung menjabat tangan sang pilot.

“Sekarang, saya percaya, Anda adalah pilot.”
ReaksiTernyata, sang guru tidak mampu menunjukan dokumen kinerja seperti yang diperlihatkan sang pilot tersebut. Sang guru sempat mendebat bahwa dia sudah mengajar selama 15 tahun. Namun, tetap saja, dia tidak mampu menunjukan bukti kinerja, yaitu laporan jam demi jam, hari demi hari, dan tahun demi tahun dia mengajar. Bukti apa yang bisa mengukur kualitas kerjanya selama 15 tahun mengajar? 
KodaSebenarnya, bukti kerja seorang guru adalah dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) atau lesson plan.